Wednesday, July 16, 2014

Mengenang saat mudik lebaran bareng si Merah dulu kala

Di keluarga, saya selalu menjadi yang paling jarang pulang ke rumah; tidak hanya setelah mulai mengais rejeki demi sesuap nasi di Brunei, tapi juga semenjak masih kuliah dan kerja di Bandung.

Tidak ada perasaan yang lebih fenomenal dibanding saat mudik lebaran dengan mengendarai si Merah, motor Honda Supercub 800 tahun 1983 dengan gas pol 70 km/jam (bisa 80 km/jam dengan penuh getaran seakan bakal rontok).

Saat yang paling disukai untuk pulang ke Cirebon bareng si Merah adalah ketika mudik lebaran (terutama bila berangkat setelah subuh), karena nyetir motornya jadi lebih greget di Cadas Pangeran.

Nu Kasep mudik bareng si Merah
Honda Supercub 800 '83
Pernah suatu waktu ketika masih jadi freelancer di Bandung, saya dapet banyak bingkisan lebaran dari beberapa rekanan, dan saya berencana membawa semuanya ke Cirebon. Dengan keterbatasan kapasitas bagasi si Merah akhirnya saya berhasil mengepak semuanya seperti pada gambar dengan rincian sebagai berikut,
  • tas kecil disimpan di keranjang depan.
  • tas ransel dan kue lebaran di dedeutkeun di sela-sela kaki, jadi terpaksa nyetir sambil ngangkang sepanjang perjalanan.
  • dua kardus berisi bingkisan lebaran diikat di jok belakang dengan tingkat keseimbangan yang fluktuatif sehingga harus berhenti beberapa kali untuk membetulkan posisinya (selain karena mesin yang kepanasan).

Namun begitu, akhirnya sampai juga di Cirebon dengan kue lebaran yang rusak.


-po


*postingan ini dibikin untuk menyenangkan hati diri sendiri karena tidak pulang buat kumpul sama keluarga di Cirebon pada lebaran tahun ini...

No comments: